Thursday, February 3, 2011

Al Mustanjid Billah


Dia adalah Khalifah Abu AlMuzhaffar Yusuf bin Al Muqtafi liamrillah.
Ibnu An-Najjar berkata, “Ibnu Shafiyyah telah bercerita bahwa Al Muqtafi melihat anaknya Yusuf di musim panas, dia berkata, ‘Apa yang ada di mulutmu?’ Yusuf menjawab, ‘Sebuah cincin Yazdan yang di atasnya tertulis dua belas nama orang, dan itu dapat menghilangkan rasa haus. Dia berkata, Celakalah engkau, Yazdan ingin menjadikanmu seorang Rafidhah, tahukah engkau bahwa orang paling mulia di antara yang dua belas adalah Al Husain RA. Dia meninggal dalam keadaan haus.”
Al Mustanjid memiliki sebuah syair yang berbunyi: 
“Aku dihinakan oleh uban, padahal ia adalah simbol kewibawaan. Seandainya aku dihinakan oleh sesuatu yang hina. Jika saja seluruh celaku telah menjadi uban. Maka bukankah malam-malam selalu dihiasi oleh bintang-bintang.”
Telah bercerita kepadaku sekelompok orang dari Ibnu Al Jauzi, menteri Ibnu Hubairah bercerita kepadaku, AlMustanjid bercerita kepadaku, dia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW dalam mimpi selama lima belas tahun. Beliau bersabda kepadaku, ‘Ayahmu akan menjadi Khalifah selama 25 tahun.’ dan ternyata hal itu terjadi seperti apa yang dia sampaikan. Kemudian aku melihatnya sebelum ayahku meninggal kurang dari empat bulan, dia memasuki ruangan bersamaku dari pintu besar, kemudian kami menuju ke puncak bukit, dia shalat dua rakaat bersamaku, dan memakaikan sebuah pakaian kepadaku, lalu dia berkata, Katakanlah: Allahumma ihdini fiman hadaita (Ya Allah tunjukilah aku sebagaimana Engkau memberi petunjuk kepada orang lain).
Penulis kitab Ar-Raudhatain mengutip cerita bahwa dia mempunyai sifat adil dan kasih sayang. Dia membebaskan pajak, di mana dia tidak memberlakukan pajak di Irak. Dia dikenal keras terhadap para perusak. Dia menahan seorang pemberontak yang berusaha mempengaruhi orang dalam waktu singkat. Kemudian ada seorang yang berupaya membebaskannya dengan tebusan sepuluh ribu dinar. Al Mustanjid berkata, Bahkan aku juga akan membayarmu sepuluh ribu dinar agar engkau mendatangkan kepadaku orang seperti dia supaya aku memenjarakannya.
Ibnu Al Atsir dalam kitabnya Al Kamil berkata, “Al Mustanjid mempunyai kulit berwarna hitam, berperawakan sempurna, berjenggot panjang. Pada suatu hari sakitnya semakin bertambah parah, keadaannya sangat dikhawatirkan oleh penasihatnya seorang anggota kerajaan dan putra para pemimpin dan juga oleh Waqaimaz Al Muqtafawi seorang pembesar kerajaan. Keduanya mengundang seorang dokter untuk memeriksa penyakitnya. Setelah diperiksa, dia diperintahkan untuk pergi ke kamar mandi, dia menolaknya karena merasa sangat lemah, maka dia dimasukkan ke dalam kamar mandi, dan dia dikunci di dalamnya, dan akhirnya penyakitnya hilang.”
Pada tahun 556 H, seorang menteri Mesir yang bernama As-Shalih dibunuh, kemudian digantikan oleh Syawar. Al Mustanjid berkali-kali pergi ke Mesir untuk memburu pelaku pembunuhan. Dan di situ tentara asing telah menyerang Nuruddin melalui pengepungan orang-orang Kurdi. Dia selamat dari pembunuhan dengan perjuangan. Dia kemudian pergi ke danau Hamsh dan bersumpah untuk tidak berteduh di bawah atap sampai dia dapat membalas dendam. Pada tahun 559 H, dia berjumpa dengan mereka dan membinasakan mereka. Dia menawan raja-raja mereka dan membunuh sepuluh ribu tentara mereka di daerah Harim.
Pada tahun 560 H, di kota Baghdad, putri Abu Al ‘Izz Al Ahwazy melahirkan empat anak perempuan sekaligus. Pada saat itu sedang berkobar fitnah besar karena masalah keyakinan di Ashbahan. Dan terjadi pertumpahan darah antara ulama selama berhari-hari. Dalam peristiwa itu banyak yang terbunuh. Seperti yang dikatakan Ibnu Al Atsir.
Pada tahun 561 H, kelompok Rafidhah memperingati hari besar Asyura, mereka sangat berlebihan dalam acara tersebut, mereka mencaci maki para sahabat, mereka melakukan hal-hal bid’ah dalam Islam. Nuruddin telah memerangi mereka berkali-kali.
Pada tahun 564 H, tentara Syirkuh menyerang Mesir untuk ketiga kalinya, pasukan asing tersebut dapat menguasai Balbis dan merebut kota Kairo. Syawur menjadi rendah di hadapan mereka, dia meminta untuk mengadakan perdamaian dengan imbalan beribu-ribu dinar dalam setahun. Penguasa lalim Marri menerima perdamaian tersebut, kemudian dia langsung menyerahkan seratus ribu dinar kepadanya. Dia meminta bantuan ke Nuruddin, dan mencoret surat perdamaian, serta mengirim isi surat tersebut melalui kaum perempuan. Dia mengantarkan surat tersebut dengan memerintahkannya, surat tersebut diletakkan di tempat susu. Dia kemudian menyiapkan tentaranya dengan bantuan ‘singa’ agama, sampai disebutkan bahwa tentaranya berjumlah tujuh puluh ribu, baik yang berkuda maupun yang berjalan kaki. Tentara asing menjadi gentar dengan kedatangannya, dan mereka menjadi hina. Dia memasuki Kairo dan duduk di majlis kerajaan.
Dia wafat pada tahun 566 H. Anaknya AlMustadhi’ menggantikan kekhalifahannya.
Aku katakan, “Seorang imam jika ia memiliki akal yang cerdas dan agama yang kuat, maka segala urusan kerajaan akan menjadi mudah. Tetapi jika akalnya lemah, dan agamanya baik, maka dalam setiap permaslahan yang ada, agama akan membawanya untuk selalu bermusyawarah dengan orang-orang yang mempunyai ketetapan hati, sehingga seluruh perkaranya menjadi lurus, dan keadaan pun akan berlalu dengan baik. Dan jika keberagamaannya kurang, sedang otaknya cerdas, maka seluruh negeri dan rakyatnya menjadi lemah. Kecerdasan akalnya hanya berupaya memperbaiki sistem kerajaan dan rakyatnya karena tujuan keduniaan bukan ketakwaan. Dan jika kemampuan berpikirnya kurang, agama dan akalnya sedikit, maka yang akan terjadi adalah meluasnya kerusakan, hilanglah kepercayaan rakyat, mereka lelah dengan kepribadiannya yang tidak sempurna, kecuali jika dalam dirinya terdapat sebuah keberanian, ia mempunya pengaruh dan kewibawaan, maka keadaan pun akan menjadi pulih kembali. Tetapi jika ia seorang penakut, lemah agamanya, tumpul pikirannya, banyak bertindak zhalim, maka semuanya akan mendatangkan musibah dengan sesegera mungkin, barang kali ia akan diasingkan atau ditahan jika ia tidak sampai dibunuh, dunia akan pergi darinya, seluruh kesalahan akan terus mengikutinya, ia akan menyesal –demi Allah- dan sudah tidak ada guna lagi sebuah penyesalan, dan pada hari ini kita sudah putus asa akan hadirnya seorang imam yang bijak dari semua aspek, jika sekiranya Allah SWT menghendaki adanya seorang imam memiliki banyak kebaikan dan sedikit kekurangan, maka siapakah yang tidak menginginkan imam yang mulia tersebut?! “Ya Allah perbaikilah pemimpin dan rakyat kami, kasih sayangilah hamba-hambamu, berilah mereka taufiq, kuatkan kerajaan mereka, dan tolonglah ia dengan taufikmu”

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Silakan isikan komentar dengan bahasan yang santun

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home